Hidayatullah.com — Sebab-sebab timbulnya rasa cinta adalah adanya beragam kenikmatan yang datang dari orang yang kita cintai. Dan cinta sejak kecil senantiasa tumbuh di dalam hati. Dan tidak mungkin kita menemukan pemberi beragam kenikmatan kepada kita seperti apa yang Allah anugrahkan kepada kita. Sehingga siapa yang mencintai penciptanya ia akan cinta untuk membersamainya.
Sebagaimana pecinta bersama kekasihnya, ia dengan suka rela akan duduk bersamanya, tanpa ada rasa berat hati. Oleh karena itulah Allah SWT mewajibkan kita shalat fardhu di mana seorang pecinta bisa senantiasa dekat dengan kekasihnya. Dalam QS. Thaha: 14 Allah SWT berfiman:
﴿وأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِيَ﴾
Artinya: “Dan dirikanlah selalu shalat, agar kamu senantiasa mengingat-Ku”.
Tapi justru kita sibuk dengan dunia. Kita lebih mencintai dagangan kita, keturunan kita, dan pasangan kita dibanding Allah SWT. Oleh karena itu ketahuilah bahwa sejatinya Allah SWT hanya menginginkan dari kita waktu khusus untuknya, agar kita bisa senantiasa bermunajat kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
((إِنّ المُصَلِّي يُنَاجِي رَبَّهُ -عَزَ وَجَلَّ-))
Artinya: “Sesungguhnya orang yang shalat adalah orang yang sedang bermunajat dengan Rabb-nya sedang bermunajat kepada tuhannya ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
Orang yang hendak menunaikan solat, tatkala mengangkat kedua telapak tangannya seakan ia ingin mengatakan: “Persoalan dunia semuanya di belakangku, dan engkau di depanku, wahai tuhanku: ’Allahu Akbar’. Engkau wahai tuhanku lebih besar dariku. Dan engkaulah Dzat yang paling kucintai dari semuanya. Sungguh sudah aku tinggalkan itu semua, dan aku datang untuk berdiri di hadapan-Mu saja, tidak ada sekutu bagi-Mu. Dan sekarang aku ingin mengkhususkan-Mu dengan berdialog, berdzikir, dan beribadah. Dan tatkala bersujud, aku ingin berbisik-bisik kepada-Mu sepuasku.
Disebutkan dalam teks hadits yang panjang, Nabi Muhammad SAW bersabda:
(( الإِحْسَانُ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَم تَكُنْ تَرَاهُ فَإنَهُ يَرَاكَ))
“Ihsan: Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan Engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu”. (HR. Bukhari Muslim)
(Durus al-Jum’ah bi al-Azhar: 1/36)/Dzulfikar