Oleh: Burhan Ali
Bekasi.baitulhuda.org.–news (Ahad, 20/08/2023M/03/02/1445H).
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذِي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ الاسلام، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُواْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ القيام، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah di hari ini Kita mempertebal ketaqwaan kepada Allah dengan menghindarkan diri dari kecurangan, kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya. Dan memulai hari-hari dengan amalan-amalan saleh yang nyata sebagai pembuktian kebenaran Iman. Sebab, segala perbuatan dan amal manusia, baik maupun buruk nya merupakan pencerminan imannya kepada Allah Swt.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kita sering mendengar khatib Jum’at atau penceramah pengajian mengawali khutbah dan ceramah dengan ajakan bersyukur. “Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, terutama nikmat Iman dan Islam yang dengannya Kita tergerak untuk hadir dan berkumpul di tempat yang mulia ini”.
Hal ini tentu menarik untuk direnungkan. Benarkah Kita bangga dan bersyukur sebagai Mukmin dan Muslim? Sudahkah Kita menganggap Islam sebagai suatu nikmat yang patut disyukuri sebagaimana kesyukuran Kita saat mendapatkan kenikmatan duniawi? Seperti mendapatkan harta, kenaikan jabatan, membeli mobil baru, dan lain sebagainya?
Atau bahkan mungkin ada yang balik bertanya. Kenapa Kita harus bangga dan bersyukur sebagai Muslim? Toh Kita jadi Muslim karena kebetulan terlahir dari orangtua yang Muslim. Pandangan semacam ini kadang membuat seseorang tidak merasa bangga dan patut bersyukur menjadi Muslim. Karena ia merasa, menjadi Muslim merupakan sesuatu yang biasa saja dan tidak patut dibanggakan apalagi disyukuri.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Perlu diketahui ada banyak nikmat yang diberikan Allah Swt. Di antara nikmat yang tidak terhitung bagi Kita semua adalah ni’matul wujud atau nikmat kehidupan. Bahwa Kita dijadikan salah satu makhluk-Nya yang dimuliakan yang hidup di alam raya ini. Kehidupan ini memberikan kepada Kita hak-hak yang luar biasa banyaknya setelah Allah Swt memberikan eksistensi/keberadaan diri Kita dalam kehidupan.
Karunia kedua, ni’matul insan, fakta bahwa Kita adalah manusia yang ditetapkan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan, keunggulan dalam struktur jasmani dan ruhani dibanding makhluk-makhluk lainnya. Karunia ketiga, ni’matul ‘aql atau karunia akal. Allah Swt memberi kepada Kita kemampuan membaca dan menulis, kemampuan untuk menjelaskan, kekuatan untuk memahami ayat-ayat-Nya yang tersurat dan tersirat, diantara ayat-ayat-Nya yang tidak tertulis adalah fenomena di alam raya ini.
Lebih dari pada itu, ada karunia yang jauh lebih besar. Yakni, ni’matul hidayah ilal Islam (karunia petunjuk menjadi seorang Muslim). Inilah nikmat yang paling mulia dan paling berharga. Dan ini tidak Allah berikan kepada semua manusia, melainkan hanya kepada Kita.
“Sesungguhnya kenikmatan beragama hanya Aku berikan kepada hamba yang Aku pilih dari hamba-hamba-KU yang shalih.” (al Hadits).
Karena itu nikmat ini haruslah kita syukuri. Inilah jalan satu-satunya yang Allah berikan kepada kita agar kita mendapat kebaikan/kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Lantas Bagaimana Cara Bersyukur Atas Nikmat Islam?
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Mensyukuri nikmat hidayah Islam itu dengan beberapa cara. Pertama, syukuri nikmat ini dengan menumbuhkan perasaan bahwa Kita bangga dan mulia dengan beragama Islam. Kita harus merasa bangga, percaya diri bahwa kita adalah orang Islam. Katakan kepada semua orang dengan penuh kebanggaan, ”Saya adalah orang Islam. Saya adalah umat tauhid. Saya adalah umat al-Qur’an. Saya adalah umat Muhammad SAW.”
Dahulu para sahabat sangat bangga menjadi Muslim. Mereka mengatakan, ”Ayahku adalah Islam. Tiada lagi selain Islam. Apabila orang bangga dengan suku, bangsa, kelompok, marga, perkumpulan, paham mereka, tapi aku bangga nasabku adalah Islam.”
Suatu ketika Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu ditanya, ”Keturunan siapa Kamu ?” Salman yang membanggakan keislamannya, tidak mengatakan dirinya keturunan Persia, atau dirinya orang Persia tapi ia mengatakan dengan lantang, ”Saya putera Islam.” inilah sebabnya Rasulullah SAW mendeklarasikan bahwa, ”Salman adalah bagian dari keluarga Kami, bagian dari keluarga Muhammad SAW.”
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئاً وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Katakanlah, Hai Ahli kitab marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan Kamu bahwa tidak Kita sembah kecuali Allah dan tidak Kita persekutukan Dia dengan suatupun dan tidak (pula) sebagian Kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Ali Imran (3):64).
Maka tatkala Nabi Isa merasakan keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah Dia: “Siapakah yang menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. “Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri.” (QS. Ali Imran (3): 52).
Kita harus bangga bahwa kita adalah Muslim. Karena faktanya bahwa Islam itu diturunkan sebagai misi di mana Muhammad SAW sebagai Rasulnya, juga diturunkan ke muka bumi dengan tujuan menyebarkan kasih sayang. Karena itu Kita haruslah bangga, karena Kitalah yang dinanti-nanti/dirindukan oleh umat manusia. Kita rahmat bagi alam semesta ini. Kita bagaikan air yang dirindukan oleh orang yang haus dahaga. Kita adalah makanan yang sedang dimimpikan oleh orang yang lapar. Kita adalah thabib/dokter yang ditunggu-tunggu para pasien.
Fakta lain, Kita harus bangga menjadi Muslim, adalah bahwa Kita mempunyai kitab suci. Alqur’an sendiri telah menjamin bahwa kitab ini tidak mungkin ternodai. Tidak satu huruf atau titik pun yang akan merubah kesucian Alqur’an yang sudah pasti dipelihara oleh Allah. Karena itu kebenaran Alqur’an akan tetap abadi. Alqur’an yang ada di Indonesia adalah Alqur’an yang ada dan dibaca oleh saudara-saudara Kita di muka bumi lain. Alqur’an yang dicetak di Indonesia, Arab Saudi, Mesir adalah Alqur’an yang dicetak di seluruh dunia. Oleh karena itu, Kita mempunyai alasan yang sangat kuat bahwa Kitalah pihak yang paling berhak menyampaikan kebenaran dari Allah kepada seluruh umat manusia.
Mengapa Kita Harus Bangga Menjadi Muslim?
Karena Kita adalah rahmat untuk seluruh umat manusia. Rahmat bagi yang jauh dan dekat. Rahmat dalam keadaan damai dan keadaan perang. Rahmat untuk Muslimin dan Muslimat. Rahmat untuk manusia dan binatang. Rahmat untuk Muslim dan non-Muslim. Rahmat untuk lingkungan sosial kita. Alqur’an sendiri yang terdiri dari 114 surat, semuanya diawali dengan bismillahirrahmanirrahim kecuali surat at Taubah. Ini menunjukkan bahwa sifat yang menonjol, dan melekat pada diri Allah Swt adalah Ar Rahman dan Ar Rahim. Rahmat-Nya agung, Rahmat-Nya selalu mengalir, membasahi seluruh alam. Panutan Kita Rasulullah SAW dalam peri hidupnya memiliki sikap kasih sayang. Demikianlah Allah Swt memuliakan Kita dengan Alqur’an dan Rasul-Nya.
Cobalah perhatikan, Tidak ada manusia yang senang dengan pertumpahan darah. Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW ada kesempatan untuk membunuh lawan-lawannya dalam peristiwa Fathu Makkah (pembebasan kota Makkah), tapi itu tidak pernah dilakukan oleh beliau. Ketika seluruh orang Quraisy berkumpul di sekeliling Masjidil Haram sebagai pihak yang kalah, Rasulullah SAW bertanya kepada mereka, ”Apa yang kalian duga yang akan Saya lakukan kepada kalian?” Orang-orang Quraisy itu tertunduk dengan mengatakan: “Kami menduga Engkau pasti akan melakukan sesuatu yang baik bagi Kami karena Engkau adalah saudara Kami yang mulia (akhun karim),” Kemudian Rasulullah SAW mengatakan kepada mereka: “idzhabu faantum thulaqa’. laa yatsriba ‘alaikumul yaum. (Hari ini tidak ada dendam. Hari ini kalian bebas semuanya. Pergilah semuanya, kalian bebas).
Lihatlah bagaimana Rasulullah memperlihatkan kasih sayang, ketulusan dan kecintaannya. Bandingkan dengan karikatur yang digambarkan oleh orang-orang Denmark tentang Rasulullah dengan kartun yang menggambarkan Rasulullah dikelilingi perempuan sambil menghunus pedang. Itu sangat berlawanan (kontradiktif) dengan kemuliaan dan kasih sayang Rasulullah SAW. Karena ternyata fakta sejarah menunjukkan Rasulullah SAW justru mampu memunculkan rasa kasih sayang hingga dalam situasi Beliau mampu melakukan apa saja terhadap musuh-musuhnya.
Bila saat ini ramai demonstrasi pembakaran Alqur’an di Eropa Utara seperti Swedia dan Denmark, belakangan ini karena islamphobia karena alasan kebebasan berekspresi, maka balaslah dan tunjukan dengan cara dan akhlak yang lembut sebagaimana dilakukan Rasulullah pada Fathu Makkah.
Bila kewajiban Kita adalah mensyukuri nikmat Islam, maka Kita harus bangga dengan Islam, dan itu artinya kita harus istiqamah dan konsisten serta konsekuen dengan ajaran Islam. Tidak cukup dengan kata-kata bahwa kita adalah Muslim, tapi kita harus mengamalkan apa yang diajarkan oleh Islam. Islam harus mewarnai kehidupan kita, dalam cara berpikir, bersikap, merasa, dan dalam seluruh gaya hidup Kita semuanya. Islam sebagai pengarah tunggal dalam segala aspek kehidupan Kita. Aspek ideologi, politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan pertahanan keamanan.
Marilah Kita jadikan Islam sebagai darah daging Kita dan jati diri Kita. Disinilah rahasia kemuliaan, kejayaan dan kemenangan Kita secara mikro dan makro. Tunjukkan keislaman Kita dengan bentuk apa saja; kepribadian, perilaku, pekerjaan dan hubungan. Dimana saja dan kapan saja. Sebab, jika orang Islam tak bangga dengan Islamnya, disitulah salah satu indikasi awal kemunduran Islam terjadi.
Demikianlah khutbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi Kita semua amin. Saya muslim dan saya bangga.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ !
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
> Khutbah disampaikan di Masjid Baitul Huda, Jum’at 4 Agustus 2023.
Editor: Yoni Haris Setiawan
Korespondensi: Jamaludin Sopandi
Dok.Foto: Jamaludin Sopandi dan Internet