Penulis: Bambang Ismanto**)

Bekasi.baitulhuda.org.news. (Kamis, 29/6/2023). – Gema takbir tiada putus dikumandangkan di surau, langar, mushalla, masjid, di setiap hati dalam perjalanann mengagungkan Asma Allah Swt, sebagai tanda syukur dapat dipertemukan dengan Idul Adha 144H. Bercermin pada ketaatan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim As, yang menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi. Ketaatan dan ketabahan Ibrahim As, sampai saat ini menjadi keteladanan bagi kaum muslimin dibelahan dunia tidak terkecuali Indonesia merayakan dalam Hari Raya Idul Adha yang sering disebut dengan Idul Qurban.

Di hari Raya Idul Qurban ini mengingatkan kita pada salah satu pengorbanan besar yang tercatat dalam sejarah kemanusiaan yang diabadikan Allah Swt, dalam Alqur’an, yaitu pengorbanan Nabiyullah Ibrahim As. Betapa seorang ayah atas isyarat mimpi harus menyembelih satu-satunya putra tercinta, putra yang menjadi harapan sebagai penerus perjuangannya. Di usia yang tidak lagi muda (80 tahun) usia Nabi Ibrohim As, belum juga dikaruniakan anak oleh Allah Swt. Namun Ibrahim tidak berputus asa beliau selalu berdoa kepada Allah agar diberikan keturunan seraya beliau  mengucap “robbi habli minassholihin;  Ya, Allah karuniakanlah kepadaku seorang anak yang sholeh”. Allah pun akhirnya mengijabah do’a Nabi Ibrahim As, dan dianugerahkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Ismail.

Falamma balagho ma’ahus sa’ya, kemudian tatkala sampai usia Ismail beranjak remaja dan sanggup berusaha bersama dengan ayahnya. Datanglah perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih Ismail As. Awalnya Ibrahim mengira apa yang mengganggu tidurnya itu hanya bisikan setan belaka, sebab sangat tidak mungkin Allah Yang Maha Penyayang dan Pengasih memerintahkan Nabi-Nya untuk menyembelih putra yang telah lama dinanti-nantikannya. Namun kemudian ketika Allah Swt, kembali mengusiknya dengan mimpi yang sama sampai tiga kali, barulah Nabi Ibrahim sadar dan yakin bahwa mimpi tersebut adalah dari Allah Swt. 

Sebagai orangtua yang bijak Ibrahim pun  tidak serta merta memanggil Ismail dan kemudian menyembelihnya namun beliau memberikan pandangan dulu kepada anaknya. “Yaa bunayya inni aroo fil manami anni adzbahuka fandzur madza taroo” . Tidak disangka dan tidak diduga jawaban yang terlontar dari lisan Ismail bukannya suatu penolakan tetapi kepatuhan dan ketaatan yang luar biasa dengan ucapannya; “Yaa abatif’al maa tu’maru satajiduni in syaa Allahu minasshobiriin”.  Tatkala Ibrahim mendengar jawaban yang terucap dari bibir Ismail,  Ibrahim pun menyadari bahwa do’a yang selama ini beliau panjatkan kepada Allah Swt, untuk mendapatkan anak yang shaleh telah didengar Allah Swt. 

Singkat cerita, dengan sebab ketaatan dan kesabaran Ibrahim dalam menjalankan ujian dari Allah swt. Allah Swt, ganti Ismail dengan kambing yang besar. Ibrahim pun mendapatkan pujian Allah dan pujian tersebut diabadikan sepanjang masa. “Salamun ala Ibrahim; kesejahteraan selalu terlimpah kepada Nabi Ibrahim”

Inilah salah satu peristiwa besar dalam sejarah kemanusiaan yang mungkin tidak akan terulang sepanjang zaman. Peristiwa sejarah yang menunjukkan pelajaran yang amat sangat berharga, yakni apabila orang mau bersabar menghadapi ujian dan musibah dan ridha serta ikhlas menjalaninya, bukan saja akan mendapat pahala besar, namun juga ganti yang lebih baik dan sempurna.  Peristiwa sejarah tersebut diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Quran: (QS.Ash-Shofat:102–109).

Kisah Keteladanan untuk Seluruh Ummat Manusia

Dalam kisah yang dialami dua insan ini sungguh mengandung hikmah yang sangat dalam, diantara hikmahnya adalah, Pertama, setiap orang yang beriman pasti diuji oleh Allah Swt. Seseorang  sering mengaku sebagai seorang yang beriman, akan tetapi pernyataan tersebut belum dianggap Allah jika belum diberikan ujian kepadanya. Sebagaimana Allah SWT. Berfirman dalam Alqur’an surat Al-Ankabut ayat 2:  “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk berkata,” kami beriman, sementara mereka tidak diuji”. Kita jangan mengira bahwa ujian itu hanya sesuatu yang dianggap tidak menyenangkan saja, namun  sesungguhnya kenikmatan itupun adalah ujian dari Allah Swt.

Ketika seseorang diberikan kesehatan, kekayaan, harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi itu semua pada hakikatnya adalah ujian dari Allah Swt. Ujiannya adalah dapatkah mereka bersyukur atas segala kenikmatan yang telah mereka peroleh tersebut. Harta yang berlimpah dari mana iya dapatkan apakah dari cara yang halal atau yang haram, untuk apa Ia keluarkan hartanya? apakah untuk kebaikan dijalan Allah atau sebaliknya karna hartanya membuatnya lupa dengan Allah, berlimang dengan segala kemaksiatan?

Ketika seseorang diberikan suatu jabatan maka sesungguhnya jabatan itu adalah ujian. Sanggupkah Ia melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya atas jabatan yang terima. Dengan tidak semena-mena serta menyalah gunakan jabatannya. 

Kedua, dahsyatnya kekuatan do’a, terlebih do’a tersebut terucap dari lisan orangtua. Karenanya kita sebagai orangtua perbanyaklah do’a yang baik untuk anak-anak kita karena do’a orangtua itu bagaikan do’anya Nabi kepada ummatnya. “Dua’ul walid liwaladihi kadua’unnabi liummatihi”. 

Inilah beberapa hikmah yang dapat kita ambil pelajaran dari peringatan hari raya Idul Qurban ini. bukan hanya sekedar untuk memperingati peristiwa sejarah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail saja, namun juga untuk membangkitkan semangat dan kesadaran dalam jiwa kita, dimana setiap pribadi Muslim harus siap berkorban dalam mencapai keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Setiap kita harus siap menengadahkan kedua tangan kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah berkenan mengijabah dan mengkabulkan do’a dan permohonan Kita. 

“Bismillahirrahmanirahim Alhamdulillahirabbil alamin hamdan yuwafini’amahu.  Ya, Allah ya Rahman ya Rahim pada pagi hari yang cerah ini di tempat yang mulia ini kami berkumpul bersimpuh dan bermunajat kepadamu ya Allah. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, dosa yang Kami perbuat semenjak aqil baligh hingga saaat ini. Bimbinglah kami dijalan yang Engkau ridhoi jauhkan kami dari jalan yang Engkau murkai. Berilah kami kekuatan dan kemudahan untuk dapat menjalankan segala perintahmu dan menjauhi segala laranganmu. Berilah Kami kesabaran dan ketabahan dalam menjalankan segala ujianmu. Terimalah segala amal ibadah kami yang penuh dengan kekurangan ini.

Ya, Allah, jika ada diantara kami yang saat ini kedua orangtuanya masih hidup Kami mohon kepadamu ya Allah panjangkanlah umurnya, sehatkan badannya, bahagiakan hidupnya agar Kami dapat terus berbakti kepadanya. Jika ada diantara Kami saat ini kedua orangtuanya telah tiada Kami mohon ya Allah ampunilah segala dosa dan kaesalahannya, terimalah segala amal ibadahnya dan berilah kebahagiaan dan ketenangan di alam kuburnya.

Ya, Allah, ampunilah dosa-dosa saudara kami kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Ya, Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia ini, dan kehidupan yang baik di akhirat kelak dan hindarkanlah kami dari siksa api nerakamu Ya, Allah.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H, Selamat Berqurban.

*) Naskah Khutbah ini disampaikan pada pelaksanaan Shalat Ied, Kamis, 29 Juni 2022/11 Dzulhijjah 144H di Masjid Baitul Huda Perumahan Bukit Kencana 1-Pondok Gede.

**) Penulis adalah Khotib dan Imam pada Shalat Idul Adha Masjid Baitul Huda

#Salam Literasi: Indonesia Berkarya!

Editor: Yoni Haris Setiawan

Korespondensi & Dok.Foto: Jamaluddin

Galerry Foto Sholat Idul Adha 1444 H